Nama : Titin Nurhalimah
NIM : 1123070121
Kelas : MKS/IV-C
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fenomena
menunggu adalah hasil langsung dari keacakan dalam operasi sarana pelayanan
secara umum, kedatangan pelangan dan waktu pelayanan tidak diketahui sebelumnya
karena jika bisa diketahui, pengoperasian sarana tersebut dapat dijadwalkan
sedemikian rupa sehingga akan sepenuhnya menghilangkan keharusan untuk
menunggu.
Tujuan
mempelajari pengoeprasian sebuah sarana pelayanan dalam kondisi acak adalah
untuk memperoleh beberapa karakteristik yang mengukur kinerja sistem yang
sedang dipelajari. Dalam model antrian, interaksi antara pelanggan dan pelayan
adalah berkaitan dengan periode waktu yang diperoleh pelanggan untuk
menyelesaikan sebuah pelayanan, dalam antrian kedatangan pelanggan umumnya
disebut sebagai distribusi kedatangan (arrival distribution) dan distribusi
waktu pelayanan (service time distribution).
Kenyataannya menunggu
adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dan yang dapat diharapkan adalah
dapat mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Sesuatu yang sangat diharapkan
adalah ketika dapat memperoleh jasa tanpa harus menunggu terlalu lama. Individu
– individu yang menunggu (komponen, produk, kertas kerja, orang) bertujuan
untuk mendapatkan suatu layanan. Pada proses menunggu untuk mendapatkan layanan
tersebut menimbulkan suatu garis tunggu, dan pada garis tunggu tersebut dapat
diprediksi karakteristik – karakteristiknya.Sehingga dapat dijadikan dasar
pengambilan kepustusan agar tercapai kondisi yang lebih baik, misalnya agar
tidak terjadi antrian yang berkepanjangan.
Menurut Sinalungga
(2008:238), Teori antrian (Queueing Theory) merupakan studi probabilistik
kejadian garis tunggu (waiting lines), yakni suatu garis tunggu dari customer
yang memerlukan layanan dari sistem yang ada. Antrian terjadi karena adanya
keterbatasan sumber pelayanan, yang umumnya berkaitan dengan terbatasnya server
karena alasan ekonomi. Jika jumlah server yang disediakan terbatas,
memungkinkan terjadi antrian yang terlalu lama, sehingga orang dapat memutuskan
untuk meninggalkan antrian tersebut. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi
pihak perusahaan, karena kehilangan customer. Agar tidak kehilangan customer,
maka pihak perusahaan harus menyediakan server yang mencukupi,
tetapi dilain pihak perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa saja
yang termasuk model antrian ?
2) Jelaskan
karakteristik model antrian ?
3) Bagaimana model dari sistem antrian satu server dengan
pola kedatangan berkelompok (batch arrival)?
4) Bagaimana ukuran keefektifan dari model antrian satu server
dengan pola kedatangan berkelompok (batch arrival)?
5) Bagaimana implementasi model antrian satu server dengan
pola kedatangan berkelompok (batch arrival)?
C.
TUJUAN
PENULISAN
1. Untuk
mengetahui bagaimana sistem model antrian
2. Untuk
mengetahui model antrian mana yang paling efektif
3. Untuk
mengetahui bagaimana implementasi dari sistem model antrian (batch arrival)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. MODEL
ANTRIAN
v Solusi Steady-State untuk Model (M/M/k)
Sistem antrian (M/M/k)merupakan
model antrian satu sever dengan kedatangan berdistribusi Poisson dan
waktu pelayananberdistribusi Eksponensial. Model ini merupakan model tanpa
batas. Kapasitas
baik dari kapasitas sistem maupun kapasitas sumber pemanggilan. Aturan
pelayanannya bersifat FCFS, yaitu customer yang datang pertama dilayani
terlebih dahulu begitu seterusnya. Notasi sistem antrian ini berdasarkan dengan
notasi Kendall-Lee.Jika kedatangan customer mengikuti distribusi Poisson
dengan laju , maka dari asumsi (i) probability sebuah kedatangan terjadi
, dan berdasarkan asumsi (v).
B. KONSEP
TEORI ANTRIAN
Antrian yang sangat panjang dan terlalu lama untuk
memperoleh giliran pelayanan sangatlah menjengkelkan. Rata – rata lamanya waktu
menunggu (waiting time) sangat tergantung kepada rata – rata tingkat kecepatan
pelayanan (rate of services). Teori tentang antrian diketemukan dan
dikembangkan oleh A. K. Erlang, seorang insinyur dari Denmark yang bekerja pada
perusahaan telepon di Kopenhagen pada tahun 1910. Erlang melakukan eksperimen
tentang fluktuasi permintaan fasilitas telepon yang berhubungan dengan automatic
dialing equipment, yaitu peralatan penyambungan telepon secara otomatis.
Dalam waktu – waktu yang sibuk operator sangat kewalahan untuk melayani para penelepon secepatnya, sehingga para penelepon harus antri menunggu giliran, mungkin cukup lama. Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan perhitungan keterlambatan (delay) dari seorang operator, kemudian pada tahun 1917 penelitian dilanjutkan untuk menghitung kesibukan beberapa operator. Dalam periode ini Erlang menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul Solution of some problems in the theory of probabilities of significance in Automatic Telephone Exhange. Baru setelah perang dunia kedua, hasil penelitian Erlang diperluas penggunaannya antara lain dalam teori antrian (Supranto, 1987).
Menurut Siagian (1987), antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Pada umumnya, sistem antrian dapat diklasifikasikan menjadi system yang berbeda – beda di mana teori antrian dan simulasi sering diterapkan secara luas. Klasifikasi menurut Hillier dan Lieberman adalah sebagai berikut
Dalam waktu – waktu yang sibuk operator sangat kewalahan untuk melayani para penelepon secepatnya, sehingga para penelepon harus antri menunggu giliran, mungkin cukup lama. Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan perhitungan keterlambatan (delay) dari seorang operator, kemudian pada tahun 1917 penelitian dilanjutkan untuk menghitung kesibukan beberapa operator. Dalam periode ini Erlang menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul Solution of some problems in the theory of probabilities of significance in Automatic Telephone Exhange. Baru setelah perang dunia kedua, hasil penelitian Erlang diperluas penggunaannya antara lain dalam teori antrian (Supranto, 1987).
Menurut Siagian (1987), antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Pada umumnya, sistem antrian dapat diklasifikasikan menjadi system yang berbeda – beda di mana teori antrian dan simulasi sering diterapkan secara luas. Klasifikasi menurut Hillier dan Lieberman adalah sebagai berikut
1. Sistem
pelayanan komersial
2. Sistem
pelayanan bisnis –
industry
3. Sistem
pelayanan transportasi
4. Sistem
pelayanan social
Sistem pelayanan komersial merupakan aplikasi yang sangat luas dari model – model antrian, seperti restoran, kafetaria, toko, salon, butik, supermarket, dan sebagainya. Sistem pelayanan bisnis – industri mencakup lini produksi, sistem material – handling, sistem pergudangan, dan sistem – sistem informasi komputer. Sistem pelayanan sosial merupakan sistem – sistem pelayanan yang dikelola oleh kantor – kantor dan jawatan – jawatan lokal maupun nasional, seperti kantor registrasi SIM dan STNK, kantor pos, rumah sakit, puskesmas, dan lain – lain (Subagyo, 2000).
C. DEFINISI
PROSES ANTRIAN
Menurut Bronson
(1996: 310), proses antrian merupakan proses yang berhubungan dengan kedatangan
customer pada suatu fasilitas pelayanan, menunggu panggilan dalam baris
antrian jika belum mendapatpelayanan dan akhirnya meninggalkan fasilitas
pelayanan setelah mendapat pelayanan. Proses ini dimulai saat customer –
customer yang memerlukan pelayanan mulai datang. Mereka berasal dari suatu
populasi yang disebut sebagai sumber input. Menurut Hillier dan Lieberman
(1980: 401), proses antrian adalah suatu proses yang berhubungan dengan
kedatangan customer ke suatu sistem antrian, kemudian menunggu dalam
antrian hingga pelayan memilih customer sesuai dengan disiplin
pelayanan, dan akhirnya customer meninggalkan sistem antrian setelah
selesai pelayanan. Sistem antrian adalah himpunan customer, pelayan, dan
suatu aturan yang mengatur kedatangan para customer dan pelayanannya.
Sistem antrian merupakan “ proses kelahiran – kematian “ dengan suatu populasi
yang terdiri atas para customer yang sedang menunggu pelayanan atau yang
sedang dilayani. Kelahiran terjadi jika seorang customer memasuki
fasilitas pelayanan, sedangkan kematian terjadi jika customer meninggalkan
fasilitas pelayanan. Keadaan sistem adalah jumlah customer dalam suatu
fasilitas pelayanan.
D. KOMPONEN
DASAR DALAM PROSES ANTRIAN
Menurut Taha
(1997:609), suatu sistem antrian bergantung pada tujuh komponen yaitu pola
kedatangan, pola kepergian, kapasitas sistem, desain pelayanan, disiplin
pelayanan, ukuran sumber pemanggilan, dan perilaku manusia. Komponen – komponen
tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Pola Kedatangan
Menurut Wagner
(1972:840), pola kedatangan adalah pola pembentukan antrian akibat kedatangan customer
dalam selang waktu tertentu. Pola kedatangan dapat diketahui secara pasti
atau berupa suatu variabel acak yang distribusi peluangnya dianggap
telahdiketahui. Jika tidak disebutkan secara khusus customer datang
secara individu ke dalam sistem antrian. Namun dapat pula lebih dari satu customer
datang secara bersamaan ke dalam sistem antrian, pada kondisi ini disebut
dengan bulk arrival (Taha, 1997:177).
b. Pola Kepergian
Pola kepergian adalah
banyak kepergian customer selama periode waktu tertentu. Pola kepergian
biasanya dicirikan oleh waktu pelayanan, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
seorang pelayan untuk melayani seorang customer. Waktu pelayanan dapat
bersifat deterministik dan dapat berupa suatu variabel acak dengan distribusi
peluang tertentu (Bronson, 1996 : 310). Waktu pelayanan bersifat deterministik
berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melayani setiap customer selalu
tetap, sedangkan waktu pelayanan yang berupa variabel acak adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melayani setiap customer berbeda – beda.
c. Kapasitas Sistem
Menurut Bronson
(1996:310), kapasitas sistem adalah banyak maksimum customer, baik customer
yang sedang berada dalam pelayanan maupun dalam antrian, yang ditampung
oleh fasilitas pelayanan pada waktu yang sama. Suatu sistem antrian yang tidak
membatasi banyak customer dalam fasilitas pelayanannya disebut sistem
berkapasitas tak berhingga, sedangkan suatu sistem yang membatasi banyak customer
dalam fasilitas pelayanannya disebut sistem berkapasitas berhingga, jika customer
memasuki sistem pada saat fasilitas pelayanan penuh maka customer akan
ditolak dan meninggalkan sistem tanpa memperoleh pelayanan.
d. Desain Pelayanan
Menurut Sinalungga
(2008:249), Desain sarana pelayanan dapat diklasifikasikan dalam channel dan
phase yang akan membentuk suatu struktur antrian yang berbeda-beda. Channel
menunjukkan jumlah jalur untuk memasuki sistem pelayanan. Phase berarti
jumlah stasiun stasiun pelayanan, dimana para langganan harus melaluinya
sebelum pelayanan dinyatakan lengkap. Ada empat model struktur antrian dasar
yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian:
1.
Single
Chanel – Single Phase
Single Chanel berarti bahwa hanya ada satu jalur untuk.memasuki
sistem pelayanan atau ada satu pelayanan. Single phase menunjukkan bahwa
hanya ada satu stasiun pelayanan sehinggayang telah menerima pelayanan dapat
langsung keluar dari sistemantrian. Contohnya antrian pada penjualan karcis
kereta api yanghanya dibuka satu loket.-Sistem Antrian Single Channel – Single Phase
2.
Single Channel - Multi Phase
Multi phase berarti
ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakn secara berurutan dalam phase-phase.
Misalnya pada antrian di laundry, pakaian – pakaian setelah dicuci kemudian
dijemur lalu disetrika dan terakhir dikemas.
3.
Multi Channel – Single Phase
Sistem
Multi Channel – Single Phase terjadi kapan saja di mana ada dua atau lebih
fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal, sebagai contoh model ini
adalah antrian pada teller sebuah bank.
4.
Multi Chanel - Multi Phase
Sistem ini terjadi
jika ada dua atau lebih fasilitas pelayanan dengan pelayanannya lebih dari satu
phase. Sebagai contoh adalah pelayanan kepada pasien di rumah sakit dari
pendaftaran, diagnosa, tindakan medis sampai pembayaran. Setiap sistem-sistem
ini mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap, sehingga lebih
dari satu individu dapat dilayani pada suatu waktu.
e. Disiplin Pelayanan
Menurut Sinalungga
(2008: 251), disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang dikenalkan dalam
memilih customer dari barisan antrian untuk segera dilayani. Adapun
pembagian disiplin pelayanan ialah:
1. First come first served (FCFS) atau first
in first out (FIFO),
suatu peraturan
dimana yang akan dilayani ialah customer yang datang terlebih dahulu.
Contohnya antrian di suatu kasir sebuah swalayan.
2. Last come first served
(LCFS) atau last in first out (LIFO)
merupakan antrian
dimana yang datang paling akhir adalah yang dilayani paling awal atau paling
dahulu. Contohnya antrian pada satu tumpukan barang digudang, barang yang
terakhir masuk akan berada ditumpukkan paling atas, sehingga akan diambil
pertama.
3. Service in random order (SIRO) atau pelayanan
dalam urutan
acak atau sering
dikenal juga random selection for services (RSS), artinya pelayanan atau
panggilan didasarkan padapeluang secara random, tidak mempermasalahkan siapa
yanglebih dahulu tiba. Contohnya kertas – kertas undian yangmenunggu untuk
ditentukan pemenangnya, yang diambil secaraacak.
4. Priority service (PS), artinya prioritas
pelayanan diberikan
kepada mereka yang
mempunyai prioritas paling tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki
prioritas paling rendah, meskipun yang terakhir ini sudah lebih dahulu tiba
dalam garis tunggu. Kejadian seperti ini bisa disebabkan oleh beberapa hal,
misalnya seseorang yang keadaan penyakit yang lebih berat dibanding dengan
orang lain dalam sebuah rumah
sakit.
f. Sumber Pemanggilan
Menurut Taha (1996:177),
ukuran sumber pemanggilan adalah banyaknya populasi yang membutuhkan pelayanan
dalam suatu sistem antrian. Ukuran sumber pemanggilan dapat terbatas maupun tak
terbatas. Sumber pemanggilan terbatas misalnya mahasiswa yang akan melakukan
registrasi ulang di suatu universitas, dimana jumlahnya sudah pasti. Sedangkan
sumber pemanggilan yang tak terbatas misalnya nasabah bank yang antri untuk
menabung atau membuka rekening baru, jumlahnya bisa tak terbatas.
g. Perilaku Manusia
Perilaku manusia
merupakan perilaku – perilaku yang mempengaruhi suatu sistem antrian ketika
manusia mempunyai peran dalam sistem baik sebagai customer maupun
pelayan. Jika manusia berperan sebagai pelayan, dapat melayani customer dengan
cepat atau lambat sesuai kemampuannya sehingga mempengaruhi lamanya waktu
tunggu (Taha, 1996:178).Menurut Gross dan Harris (1998:3), perilaku manusia
dalam sistem antrian jika berperan sebagai customer sebagai berikut. 1. Reneging
mengGambarkan situasi dimana seseorang masuk dalam antrian, namun belum
memperoleh pelayanan, kemudian meninggalkan antrian tersebut.
Balking menggambarkan orang yang tidak masuk dalam antrian dan
langsung meninggalkan tempat antrian. Jockeying mengGambarkan situasi
jika dalam sistem ada dua atau lebih jalur antrian maka orang dapat berpindah
antrian dari jalur yang satu ke jalur yang lain.
E. UKURAN
KEEFEKTIFAN SISTEM ANTRIAN
Menurut Taha (1997, 189:190), ukuran keefektifan suatu
sistem antrian dapat ditentukan setelah probabilitas steady state diketahui.
Ukuran – ukuran keefektifan suatu sistem tersebut antara lain:
1) Nilai harapan banyaknya customer dalam
sistem antrian
2) Nilai harapan banyaknya customer dalam
antrian
3) Nilai harapan waktu tunggu dalam sistem
antrian
4) Nilai harapan waktu tunggu dalam antrian
Sebelum membahas lebih lanjut, akan diuraikan lima
definisi yang mendukung pembahasan ukuran keefektifan suatu sistem.Jumlah customer
dalam sistem adalah jumlah customer dalam antrian ditambah jumlah customer
yang sedang mendapat layanan.Laju kedatangan efektif merupakan laju
kedatangan rata – rata dalam waktu yang panjang. Laju kedatangan efektif
dinotasikan
F.
PERILAKU BIAYA ANTRIAN
Ada
dua jenis biaya yang timbul. Yaitu biaya karena orang mengantri, dan di sisi
lain biaya karena menambah fasilitas layanan. Biaya yang terjadi karena orang
mengantri, antara lain berupa waktu yang hilang karena menunggu. Sementara
biaya menambah fasilitas layanan berupa penambahan fasilitas layanan serta gaji
tenaga kerja yang memberi pelayanan. Tujuan dari sistem antrian adalah
meminimalkan biaya total, yaitu biaya karena mengantri dan biaya karena
menambah fasilitas layanan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. MENGELOLA ANTRIAN PENDEKATAN KUALITATIF
Berikut ini beberapa saran yang dapat
diaplikasikan dalam mengelola antrian sebelum memutuskan menambah fasilitas:
Menentukan waktu tunggu yang masih
dapat diterima oleh pelanggan. Susun tujuan operasional didasarkan pada apa
yang dapat diterima oleh pelanggan
·
Mencoba mengalihkan perhatian pelanggan ketika menunggu,
misalnya dengan menyediakan TV, Bacaan, pemutaran film atau yang lain untuk
membantu pelanggan tidak terfokus pada kenyataan bahwa mereka menunggu lama.
·
Menginformasikan kepada pelanggan tentang apa yang
sedang terjadi dan apa yang sedang diupayakan oleh manajemen untuk solusi. Hal
ini perlu dilakukan khususnya ketika waktu tunggu lebih lama dari normal karena
pelanggan yang sudah menunggu lama dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi
akan membuat mereka gelisah.
·
Menjaga agar karyawan tidak terlihat oleh pelanggan
sedang menganggur atau mengerjakan pekerjaan lain atau bekerja lambat.
Bagaimanapun, tidak ada yang membuat pelanggan menajdi begitu frustasi ketika
mereka sedang mengantri lama dan di sisi lain mereka melihat para karyawan
malah duduk-duduk santai atau terlihat kurang gesit.
·
Mensegmentasi pelanggan. Misalnya bila ada sekelompok
pelanggan yang membutuhkan sesuatu yang dapat dilayani dengan cepat, maka ada
baikn ya buat antrian khusus untuk mereka sehingga mereka tidak mengantri lama
hanya karena beberapa konsumen yang lain membutuhkan pelayanan yang lama.
·
Melatih pelayan untuk lebih friendly terhadap
pelanggan. Menyapa pelanggan dengan menyebut nama atau memberikan atensi khusus
dapat membantu pelanggan mengendalikan perasaan negatif selama menunggu. Akan
lebih baik bila diberi arahan yang spesifik dari pada sekedar meminta mereka
bersikap friendly, misalnya dengan meminta mereka tersenyum saat memberi salam
kepada pelanggan.
·
Mendorong pelanggan untuk datang pada saat waktu
longgar/ sepi. Berikan informasi yang lengkap kepada pelanggan tentang
saat-saat yang biasanya luang sehingga mereka bisa datang dan tidak perlu
mengantri.Beri tahu kapan saat-saat padat pelanggan dan kapan saat sepi
pelanggan.
·
Mengupayakan pemecahan jangka panjang dalam mengatasi
masalah antrian. Perlu mengembangkan rencana cara laternatif untuk melayani
pelanggan misalnya dengan mempersingkat prosedur, mengembangkan metode kerja
yang lebih cepat dan lain-lain. (Hendra Poerwanto G)
B. CONTOH KASUS ANTRIAN
Teori
antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian-antrian atau
baris baris penungguan.
CONTOH CONTOH KASUS ANTRIAN :
Ø Para
pembelanja yang berdiri didepan kounter di supermarket.
Ø Mobil-mobil
yang menunggu di lampu merah.
Ø Pasien
yang menunggu diklinik rawat jalan.
Ø Pesawat yang menunggu lepas landas dibandara
udara.
Ø Mesin-mesin
rusak yang menunggu untuk diperbaiki oleh petugas perbaikan mesin.
Ø Surat
yang menunggu diketik oleh seorang sekretaris
Ø Program
yang menunggu untuk diproses oleh komputer digital
C. POLA
KEDATANGAN BERKELOMPOK ( BATCH ARRIVAL )
Sebagai contoh
situasi pada sistem antrian dimana customer dating secara berkelompok
yaitu kedatangan customer secara berkelompok disebuah restoran, dan
surat – surat yang tiba di kantor pos. Ilustrasi sistem antrian dengan pola
kedatangan berkelompok ( batch arrival ) terlihat dalam
Pada sistem antrian
ini customer datang secara berkelompok dengan ukuran kelompok tersebut
adalah _, dimana secara umum _ adalah variable acak positif. Pada pembahasan
ini, customer datang berdasarkan distribusi Poisson dengan laju
kedatangan , dan terdapat sebuah server yang memiliki waktu pelayanan
berdistribusi Eksponensial dengan laju pelayanan , dimana customer dilayani
secara individu dengan disiplin antrian FIFO ( First In First Out ).
Desain pelayanan pada sistem antrian ini adalah Single Channel Single Phase.
Notasi untuk model antrian satu server dengan pola kedatanganberkelompok
(batch arrival ) tersebut.
D. PROSES
KEDATANGAN DAN KEPERGIAN PADA SISTEM ANTRIAN M/M/K
Pada sistem antrian
dengan pola kedatangan berkelompok ( batch arrival ), ukuran suatu
kelompok yang masuk kedalam suatu sistem antrianmerupakan variabel acak positif
_, dengan fungsi peluang kedatangan suatukelompok berukuran adalah Karena proses kedatangan pada sistem
antrian dengan pola kedatangan berkelompok mengikuti distribusi Poisson dengan
banyaknya kedatangan tiapsatuan waktu. Dan setiap kedatangan tersebut berukuran
__, makabanyaknya kedatangan tiap satuan waktu pada sistem antrian M/M/k
iniadalah Laju transisi untuk sistem antrian M/M/k dapat dilihat dalam
E. SOLUSI
STEADY STATE MODEL ANTRIAN M/M/K
Kondisi steady
state yaitu keadaan sistem yang tidak tergantung pada keadaan awal maupun
waktu yang telah dilalui. Jika suatu sistem antrian telah mencapai kondisi steady
state maka peluang terdapat * customer dalam sistem pada waktu t,
yang dinotasikan dengan m/m/k tidak tergantung pada waktu.
F. UKURAN
KEEFEKTIFAN SISTEM ANTRIAN M/M/K
Ukuran keefektifan
suatu sistem antrian batch arrival dapat ditentukan setelah PGF dari O
diketahui. Ukuran – ukuran keefektifan dari suatu sistem antrian tersebut
adalah banyak customer dalam sistem/ef, banyak customer yang
menunggu dalam antrian/eg, waktu tunggu setiap customer dalam 70
sistem/hf, waktu tunggu setiap customer dalam antrian/hg, dan persentase
pemanfaatan sarana pelayanan/ij. Ukuran – ukuran keefektifan tersebut dapat
digunakan untuk menganalisis operasi situasi antrian, yang dimaksudkan untuk
pembuatan rekomendasi tentang rancangan sistem tersebut.
v
Nilai
Harapan Banyak Customer dalam Sistem : Nilai
harapan banyak customer dalam sistem antrian merupakan jumlah
keseluruhan dari perkalian customer dalam sistem dan probabilitasnya,
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam sistem antrian
terdapat tiga komponen utama yaitu:kedatanga populasi yang akan dilayani,
antrian, dan fasilitas pelayanan. Setiap komponen memiliki karakteristik yang berbeda.
Desain tata letak dalam sistem antrian bias
dibedakan menjadi empat yaitu single channel single server, single channel
multi server, multi channel single server, dan multi channel multi server.
Tujuan dari sistem antrian adalah
meminimalakan biaya total yang merupakan penjumlahan dari biaya yang timbul
karena menunggu dan biaya yang timbul karena menambah fasilitas layanan
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati, A, & Tarliyah, T. (1999). Operation
Research “Model-Model Pengambilan Keputusan”. Bandung: PT Sinar Baru
Algesindo.
kak....ajarin aku bikin blog yang keren kayak kakak dong...
BalasHapuskak.....ajarin aku bikin blog yang cantik kayak kaka dong..
BalasHapus